Sunday, December 27, 2015

Manusia setengah abad + 2 tahun.



“Ayah, nanti kalau jadi kakek, mau dipanggil apa?”
“Hmmm ayah mau dipanggil aki
“Hee jangan, mending dipanggilnya baba aja”
“Terus nanti ibu dipanggilnya Bubu?”
“Ahahaha bener juga”

Ayah hari ini berumur 52 tahun.
Manusia setengah abad lebih 2 tahun. Yang sebentar lagi jadi baba.
Oke sebenernya masih agak lama untuk menjadi seorang baba, (orang doi-nya kakak aja masih pdkt sama ayah wkwk) tapi rambut seputih salju ayah sudah mengindikasikan sebentar lagi ayah menjadi baba.

Berbicara soal rambut putih, aku engga bermaksud mengingatkan soal umur ayah apalagi menyebut-nyebut ayah sudah tua… bukan. 

trust me baba, age is just a number and young is forever.

Soal rambut ayah yang memutih, aku mau berbicara soal perjalanan hidup ayah. Meskipun aku hanya tahu cerita-cerita itu dari sela-sela waktu kita ngobrol di perjalanan pulang shalat subuh, saat makan bakso, waktu menunggu jadinya indomie di warung kang dadank, atau ketika hujan besar dan rumah sedang mati lampu. Ga jarang juga, ayah menggunakan cerita perjalanan hidupnya buat menasehati atau menghibur sehabis sesi cucucapi (curhat-curhat campe pingcan)
*actually ga nyampe pingsan sih, ini cuma istilah yang suka Riri pake kalau mau memulai sesi curhat—yang ga mungkin selesai dalam satu jam… wkwkwkwk

Sepanjang hidup ayah, ayah sangat suka musik. Dari musik lokal sampai internasional (?). Waktu aku kecil—dan masih berlaku sampai sekarang—setiap minggu pagi ayah selalu muterin lagu-lagu the Beatles, Whitney Houston, the Carpenters, Koesploes, Farid Hardja, Queen, dan lain-lain. Jadi gausah tanya kenapa anak pak Eko selera lagunya jadul semua, waktu kecil dicekokinnya lagu kayak gitu kok bukannya dingin dingin dimandiin nanti masuk angin.

Ayah pernah cerita, dulu waktu ayah ke luar negeri otomatis teman-temannya adalah orang asing. Belum kenal. Dan cara ayah berkomunikasi biar dekat adalah… musik! Ayah menggunakan topik musik untuk membuka pembicaraan, dan cara ayah itu berhasil membuat komunikasi yang baik bahkan bukan cuma sekadar komunikasi… tapi bersahabat. Ayah bilang, katanya musik itu bahasa universal. Semua suka. Makanya bicara soal musik selalu nyambung.
Dari situ aku jadi belajar kalau musik bisa menjadi topik yang menarik untuk membuka pembicaraan. Yah meskipun kadang awkward karena kelepasan suka minta list lagu punya orang… tapi itu menyenangkan. Apalagi kalau ternyata orang yang diajak ngobrol itu bisa main alat musik, beberapa kali aku pernah ngobrol sampai diajarin main alat musik. Contoh: Biola (yah meskipun akhirnya sekarang cuma bisa doremifasolasido—itu juga masih suka salah—wkwk)

Suatu hari aku juga pernah (ehm) patah hati. Ayah menghibur dengan segala lagu cinta-patah-hati-jadoelnya. Kalau udah curhat curhat hampir petjah nangisnya  ayah langsung ngecut nyanyiin lagu Farid Hardja yang liriknya sampai aku hapal;
Sinar kuning matahari, ombak pun silih berganti syalala~
Berhentilah engkau menangis, jangan pula engkau sedih
Tertawa dan gembiralah, karena engkau terlepas...
dari cintanya yang palsu
kenangan bagimu~”
Yah, ga jadi deh bapernya kalau liat ayah udah ngeledekin pake lagu ini wkwkwk
Tapi pada akhirnya ayah cerita kalau ayah juga pernah hati. Dan seharusnya kita engga buang-buang waktu untuk mikirin orang yang pernah menyia-nyiakan kita…
*jedukin kepala biar ga baper*

Kalau aku harus cerita A sampai Z cerita ayah, pasti bakalan jadi novel 7 edisi.
Jadi pada intinya, aku ingin berterima kasih untuk cerita-cerita perjalanan hidup ayah yang bisa menginspirasi, bahkan memecahkan masalahku hari ini. Mungkin hidup ayah engga sempurna, tapi bersyukurlah ayah, karena cerita perjalanan hidup ayah bermanfaat untuk orang lain.. khususnya putri Solo ayah yang satu ini.

Selamat ulang tahun, ayah.
Semoga panjang umur
Semoga perjalanan hidup ayah bisa terus bermanfaat bagi orang lain


With love, Adzki a.k.a Kia/Adzki/Kikikopiki/Ezkee J