Monday, November 26, 2012

I found a good thing in "goodbye" word.

I still remember when he tried to crack my dreams. My dreams about my future. No, no it's not about dreams between me and him. Don't you realize that I didn't use "us" word? Haha. It's about dreams of mine. Damn! I think I don't have to tell you how he did it. I realized that separated with him was the best way for me, from God. See? I don't need a person like that. I don't need a dream-crusher. I said "I don't need", it doesn't mean I hate him. Well, boy, lucky you.

You're believing that being realistic is the symbol of surrender. Don't say something like that, you're just suggest people to have a big dream. One of them is me. And what did you do to me and what did you say was a contradiction. I think separated with you was a good idea, because God wanted me to dream on. 


I just finished read Zara Zettira's book, Every silence has a story. The story is about her life, which is from the riches of love, wealth and fame to the point of fatality; losing her mind. She was acted just like a crazy person but actually all that she did was just listening. So she was decided to keep silent, didn't talk to anybody. My favorite part of this book was when the writer told about Eckhart Tolle's book named The Power of Now. The point of his teaching about the importance of 'now'. Because the past is over and the future is not ours yet. It was a cliche words but it made a sense for the writer and dragged me to feel the same way too.


Well, just because I read something a bout "the past" it doesn't mean I haven't move on from.... WELL, can we just skip his name? Haha. I don't know since when I had moved on from him. I don't remember but I think I succeed moved on from him since I realized that I'm enjoying to be an independent personI don't want to say that I'm a lonely person. I am HAPPY. Because I have so much people who love me as much as I love them. I feel so loved, and blessed. With or without him. So, bye bye.

Sunday, November 18, 2012

Feeling blessed.




 Good books, raindrops, and sleepy conscience.... are the perfect match for this short holiday.
Happy Islamic new year 1434 H!
Barakallah, barakallah :)
 

Monday, November 5, 2012

Belalang Tua


"Belalang tua diujung daun warnanya kuning kecoklat-coklatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya masih saja mengunyah tak kenyang-kenyang..."


Halo! Gue baru aja balik dari Tasikmalaya, singkatnya Tasik. Tapi gue lebih suka bilangnya Tasikmalaya! Oke skip, sakarepmulah Ki. Gue kesini dalam rangka mas Arya menikah ... sementara gue masih mblo. (apa hubungannya?)


Selama perjalanan ke Tasik ayah muterin lagu jadul terus. Pertama-tama lagu melayu, kedua lagunya Iwan Fals. Lagu-lagunya Iwan Fals ini yang terus-terusan diputer. Dari mulai dari jalan tol sampai nyampe Tasikmalaya. Lama-lama gue jadi perhatiin liriknya juga, lama-lama suka. Lirik lagu-lagunya Iwan Fals pasti punya pesan-pesan tersendiri. I'm officialy a huge fan of Iwan Fals! Lagu favorit gue judulnya "Belalang Tua" engga tau kenapa. Lagunya hmmm lucu?




"..Kisah belalang tua diujung daun yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah"







Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik-rintik
Aku yang menulis syair
Tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan kisah ini akan berakhir




Jauh-jauh ke Tasikmalaya, kangennya sama hujan  di Bogor.

Friday, November 2, 2012

Kedai Kopi


Hari ini aku kembali bertemu dengannya. Di kedai kopi tengah kota, tempat aku bekerja. Aku menduga tempat ini telah menjadi sarang kedua setelah rumahnya sendiri. Ia selalu datang setiap hari dan berlama-lama disini. Apalagi ketika turun hujan, ia bisa seharian. Ada dua dugaanku dalam kasus ini, ia sedang menikmati suasana hujan dari atau memang berteduh dari hujan.

Aku fasih memberimu jawaban jika kamu bertanya dimana ia duduk. Ia selalu duduk di pojok kanan dekat jendela. Jendela yang engselnya berderik jika bergerak. Entah itu mengganggunya atau tidak, yang aku tahu ia terlalu fokus dengan bolpoin dan buku yang ditulisinya, atau kadang ia membawa laptop. Ketika ia membuka laptop-nya aku tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya; mengeluarkan terminal listrik dan meminta tolong padaku untuk menghubungkannya dengan stop kontak di dekat meja kasir.

Aku juga fasih menjawab tentang kopi pesanannya. Vanilla latte dengan dua kali ekstra susu. Aku ragu masih menyebut itu kopi, lebih tepat kalau disebut dengan susu ditambah sepercik kopi. Pernah satu kali aku terlibat pembicaraan dengannya. Saat kedai baru saja tutup, ia menggedor pintu dengan muka kebakaran jenggot. Beruntunglah wanita tidak punya jenggot.. Aku tak perlu repot mengguyurnya untuk memadamkan api di jenggotnya. Ternyata ia ingin membeli secangkir vanilla latte dengan dua kali ekstra susu. Kubilang kedai sudah tutup, tapi ia memaksa untuk membeli. Dan aku mengabulkannya.

Aku bertanya tentang kopi--atau lebih tepatnya susu dengan sepercik espresso-- yang  ia pesan setiap datang kemari. "Aku tidak suka kopi." Katanya. Aku heran, baru pernah aku bertemu manusia yang tidak suka kopi menjadikan kedai kopi sebagai sarangnya. Aneh. Dan penasaranku tentang susu dengan sepercik kopi pun setengah terjawab.

Layaknya seperti burung yang diajak bersiul. Aku bersiul, mereka berkicau panjang. Begitupun ia, sedikit pertanyaanku membuat ia berkicau panjang tiada henti. Ia bercerita tentang lengangnya kedai ini. Bahasa halusnya sepi, dan ini membuatmu senang. Seandainya kamu tahu sedang tertawa di atas penderitaan orang lain. Hal ini yang membuat bosku kelabakan, dan aku hampir dipecat. Gara-gara sepinya tempat ini yang kau senangi.

Obrolan kita menganak sungai setiap harinya.
Hingga suatu hari aku fasih satu lagi menyangkut denganmu.
Aku fasih berkata jatuh hati...,
padamu.