“Ayah, nanti kalau jadi kakek, mau dipanggil apa?”
“Hmmm ayah mau dipanggil aki”
“Hee jangan, mending dipanggilnya baba aja”
“Terus nanti ibu dipanggilnya Bubu?”
“Ahahaha bener juga”
Ayah hari ini berumur 52 tahun.
Manusia setengah abad lebih 2 tahun. Yang sebentar
lagi jadi baba.
Oke sebenernya masih agak lama untuk menjadi seorang baba, (orang doi-nya kakak aja masih pdkt sama ayah wkwk) tapi rambut seputih
salju ayah sudah mengindikasikan sebentar lagi ayah menjadi baba.
Berbicara soal rambut putih, aku engga bermaksud
mengingatkan soal umur ayah apalagi menyebut-nyebut ayah sudah tua… bukan.
trust me baba, age is just a number and young is forever. |
Soal rambut ayah yang memutih, aku mau berbicara soal
perjalanan hidup ayah. Meskipun aku hanya tahu cerita-cerita itu dari sela-sela
waktu kita ngobrol di perjalanan pulang shalat subuh, saat makan bakso, waktu
menunggu jadinya indomie di warung kang dadank, atau ketika hujan besar dan
rumah sedang mati lampu. Ga jarang juga, ayah menggunakan cerita perjalanan
hidupnya buat menasehati atau menghibur sehabis sesi cucucapi (curhat-curhat
campe pingcan)
*actually ga nyampe pingsan sih, ini cuma istilah
yang suka Riri pake kalau mau memulai sesi curhat—yang ga mungkin selesai dalam
satu jam… wkwkwkwk
Sepanjang hidup ayah, ayah sangat suka musik. Dari musik
lokal sampai internasional (?). Waktu aku kecil—dan masih berlaku sampai
sekarang—setiap minggu pagi ayah selalu muterin lagu-lagu the Beatles, Whitney
Houston, the Carpenters, Koesploes, Farid Hardja, Queen, dan lain-lain. Jadi
gausah tanya kenapa anak pak Eko selera lagunya jadul semua, waktu kecil
dicekokinnya lagu kayak gitu kok bukannya dingin
dingin dimandiin nanti masuk angin.
Ayah pernah cerita, dulu waktu ayah ke luar negeri
otomatis teman-temannya adalah orang asing. Belum kenal. Dan cara ayah
berkomunikasi biar dekat adalah… musik! Ayah menggunakan topik musik untuk
membuka pembicaraan, dan cara ayah itu berhasil membuat komunikasi yang baik
bahkan bukan cuma sekadar komunikasi… tapi bersahabat. Ayah bilang, katanya musik
itu bahasa universal. Semua suka. Makanya bicara soal musik selalu nyambung.
Dari situ aku jadi belajar kalau musik bisa menjadi topik
yang menarik untuk membuka pembicaraan. Yah meskipun kadang awkward karena
kelepasan suka minta list lagu punya orang… tapi itu menyenangkan. Apalagi
kalau ternyata orang yang diajak ngobrol itu bisa main alat musik, beberapa
kali aku pernah ngobrol sampai diajarin main alat musik. Contoh: Biola (yah
meskipun akhirnya sekarang cuma bisa doremifasolasido—itu juga masih suka salah—wkwk)
Suatu hari aku juga pernah (ehm) patah hati. Ayah
menghibur dengan segala lagu cinta-patah-hati-jadoelnya. Kalau udah curhat
curhat hampir petjah nangisnya ayah
langsung ngecut nyanyiin lagu Farid Hardja yang liriknya sampai aku hapal;
“Sinar
kuning matahari, ombak pun silih berganti syalala~
Berhentilah
engkau menangis, jangan pula engkau sedih
Tertawa
dan gembiralah, karena engkau terlepas...
dari
cintanya yang palsu
kenangan
bagimu~”
Yah, ga jadi deh bapernya kalau liat ayah udah
ngeledekin pake lagu ini wkwkwk
Tapi pada akhirnya ayah cerita kalau ayah juga pernah
hati. Dan seharusnya kita engga buang-buang waktu untuk mikirin orang yang
pernah menyia-nyiakan kita…
*jedukin kepala biar ga baper*
Kalau aku harus cerita A sampai Z cerita ayah, pasti
bakalan jadi novel 7 edisi.
Jadi pada intinya, aku ingin berterima kasih untuk cerita-cerita
perjalanan hidup ayah yang bisa menginspirasi, bahkan memecahkan masalahku hari
ini. Mungkin hidup ayah engga sempurna, tapi bersyukurlah ayah, karena cerita
perjalanan hidup ayah bermanfaat untuk orang lain.. khususnya putri Solo ayah
yang satu ini.
Selamat ulang tahun, ayah.
Semoga panjang umur
Semoga perjalanan hidup ayah bisa terus bermanfaat
bagi orang lain
With love, Adzki a.k.a
Kia/Adzki/Kikikopiki/Ezkee J
No comments:
Post a Comment