Sunday, February 10, 2013

Langit malam yang iri.


Aku tahu kamu sedang menatap ke arah mana.
Ke bulan.


Bulan bersinar tanpa ragu. Tiada penghalang kecuali awan sesekali. Lalu pergi. Bulan selalu memiliki tempat istimewa di setiap hati dan ingatan. Sepasang kekasih mendadak berlumur rindu ketika menatap bulan. Seseorang menjadi sejarah ketika bisa menjejakkan kakinya di bulan.  Dan bait-bait puisi rembulan telah tercipta oleh para pujangga, tanpa perlu berkedip. Sinar bulan selalu merdeka atas segala keadaannya. Eksistensinya selalu menjadi bahan pembicaraan sekalipun gerhana hingga kembali purnama. Bulan selalu menawan.

Dan akulah sang langit malam. Gelap, terlupakan. Hanya sebatas latar di lukisan malam. Tiada yang menyadari, mengerti, apalagi mengingat, gelapku membuat bulan mampu menampakkan cahayanya. Hanya sekelumit orang tertentu yang mengerti keindahan langit malam. Langit malam yang merupakan lautan bintang rahasia.

Aku punya rahasia.

Lubang hitam dendam di hati langit malam menelan segala benci. Aku khawatir hati menjadi mati. Dalam hati aku mengharapkan satu ledakan supernova terjadi sekali lagi. Pada saat itu aku akan terlihat bersinar. Akulah langit malam yang bermimpi untuk bersinar, karena iriku terhadap bulan. Maaf, namun ini adanya.

No comments:

Post a Comment