Tuesday, March 5, 2013

Aku ingin menjadi rintik hujan.

Meski daur hidupku katanya membosankan, tapi aku mau. Karena daur hidupku pasti. Kapan aku menguap, berkumpul, dan terjatuh. Seringkali aku tidak siap untuk terjatuh, tapi terkadang aku pasrah untuk terjatuh. Ketika aku akan terjatuh, kuberikan kilatan-kilatan isyarat diiringi guntur yang nyaring, kadang jika aku tidak tahan lagi, akan lebih menggelegar. Satu... Dua... Tiga.... Hanya tiga rintik pertama yang kau sambut dengan rasa syukur, kamu bahagia. Namun rintik-rintik selanjutnya terabaikan. Empat... Lima... Enam... Kamu sudah terlena dengan suara bulir-bulir hujan yang bertumbukkan dengan tanah. Seakan suara-suara itu adalah lagu nina bobo untukmu. Kamu nyaman. Dan terus mengabaikan rintik-rintik selanjutnya hingga aku datang. Entah aku berada dalam rintik ke sekian ribu, ratus, atau milyar, tapi semoga aku dapat membasuh hatimu yang kering kerontang dilanda kemarau cinta.







Untukmu, aku mau jatuh.





(lagi)
(lagi)
(lagi)

Seterusnya. Aku mau jatuh ke tempat yang sama;
 hatimu.
Itu saja.

No comments:

Post a Comment