Sunday, January 16, 2011

Letting you fly...


Jujur saja. Terlalu banyak memori yang cantik tentang hariku dengan harimu. Terlalu sayang untuk di lupakan. Kaget juga, dengan 'surprise' yang kamu berikan padaku, sebuah berita. Entah itu baik atau buruk aku tak bisa membedakannya. Yang aku pastikan, itu berita baik untukmu. Yang aku tahu, berita baik untukmu juga menjadi berita baik untukku. Aku ingat ketika kau bilang, bahwa ada kalanya insan manusia membohongi perasaan dirinya sendiri. Menutupi apa yang dia rasakan. Menampangkan topeng senyuman, padahal hati meringis. Oh, itu sangat menembakku. Apa yang kau sebutkan tadi, kini terjadi padaku. Menutupi seolah semua baik saja, dan cukup saja. Cukup hanya menjadi sekadar teman pengisi harimu, padahal hati ini memberontak. Lucu sekali. Aku ini egois. Padahal aku orang asing, kan?

Pemberontak hati ini ku beri antibiotik tegar. Aku merasa bangga aku kuat menghadapi hal ini, ketika memerangi ke egoisanku sendiri. Untukmu, mungkin bisa di teorikan seperti teori lilin. Untuk memberi cahaya penerangmu aku harus membakar diriku sendiri. Hingga meleleh dan...habis. Cahaya penerang? Hahaha terlalu berlebihan.

Sering kali aku menganggap melepaskan balon adalah hal yang bodoh. Balon itu berharga, jarang aku bisa mendapatkannya. Namun aku selalu terpukau dan senang dengan balon yang terlepas itu. Terlihat indah warna-warni balon melayang di udara. Letting you go is like letting the balloons flies.. Terlalu berharga untuk di lepas dan sehingga aku selalu memegang erat dengan rakus. Tapi kadang jika terlepas aku merasa lega karena tanganku sudah terlalu lelah mengepal memegangi balon tersebut.

Jujur, aku lelah. Kau selalu saja mencoba pergi terbang ke langit sana. Langit disana pun telah menantimu. Jahat, padahal langit telah di temani oleh awan. Tapi kau terus saja memberontak untuk terbang ke langit, padahal aku merasa aku lah yang memilikimu. Tapi nyatanya kau malah terbang ke arah langit. Langit yang telah bersama awan, di tambah warnamu balon. Terlihat sangat komplit. Aku....cemburu?

Kembali ke teori lilin. Balon yang terbang itu telah menghiasi langit. Indah. Dan kini seolah aku adalah lilin yang menyala di siang hari, tak berguna karena langit sudah mencerahkanmu. Tak berguna karena cahaya yang ku pendarkan kalah dengan sang langit. Dan yang aku lakukan, hanyalah membakar diri sendiri...Lalu mati.

Tapi lilinku masih mempunyai sumbu-sumbu semangat. Aku harus tetap bertahan, karena masih ada sang malam nanti yang akan menghampiri nantinya.

No comments:

Post a Comment