Saturday, December 22, 2012

Jendelaku, Duniaku, Hidupku.

Ibu pernahkah engkau terpikir, tentang hal kecil di rumah kita, tentang jendela?
Terlintaskah dalam benakmu banyak hal yang luar biasa dari jendela?
Ibu, jangan tersinggung jika aku mengatakan engkau sebatas jendela, bukan pintu.


Ibu, terlintaskah dalam benakmu tentang jendela yang terbuka?
Dari jendela yang terbuka, udara-udara dengan bebas berhilir mudik, masuk , dan keluar
Dari  sana, aku mendapatkan nafas-nafas kehidupan
Tuhan pencipta udara, kau perantaranya


Terlintaskah?
Di dalam begitu gelap, tidak jika ada jendela terbuka
Cahaya-cahaya saling sikut menerobos mencari celah dari jendela
Dari jendela aku mendapat sumber cahaya, darimu aku mendapat cahaya kehidupan
Sekali lagi kau menjadi perantara Tuhan.


Jingga langit senja, biru kala mentari di petala langit
Garis cakrawala yang menjadi fatamorgana  batas dunia
Iringan awan yang menjadi tempat tidur impian
Taburan bintang di hamparan langit gelap
Alam semesta, aku nikmati dari balik jendela yang penuh perlindungan
Ibu, engkau jendelaku untuk melihat dunia
Terlintaskah?


Jika kasih sayang yang kau berikan merupakan samudera, aku baru seperciknya.
Samudera ditambah luas langit biru tidak mampu bersaing dengan kasih sayangmu
Belum cukup, bahkan alam semesta ini bukan tandinganmu.
Suatu hari aku bertanya bagaimana aku membalasnya?




Dan kau menjawab;
  "Katakan bahwa kau mencintaiku, dan duniaku telah sempurna"





Untuk orang yang begitu mulia, mencintaiku tanpa syarat
Selamat hari ibu, ibuk.
Bogor, 21 Desember 2012
Adzkia Andriani

No comments:

Post a Comment